Tampilkan postingan dengan label Pendidikan matematika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan matematika. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 September 2011

KEGIATAN PENELITIAN SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU MATEMATIKA

By : Dr. Marsigit

Review by : Rosalia Hera NS

Research is a ways to get the knowledge that done by a sistematic procedure that based on scientific studied. With that teacher can improve the professionalism. By the research teacher can develop the subject. Another that by the research the teacher can develop the teaching learning process. In another statement, teacher can find the innovative method to teach the student. By using the innovative teaching method that related to the global movement.

One of the approach in mathematics education research is qualitative research. The qualitative method in mathematics learning used the scientific method to find the rules, properties, and the principle of the real mathematics learning in school. The rue can be found by using the deductive or inductive method.

The experiment can be done by manipulated the variable that can be occur as qualitative so can be find the relationship with the others variables in teaching learning methods. But the universal rule can be founded in all cases of mathematics learning in a specific probability level. In that research, the researcher is a neutral person and just search the phenomenon that can be seen, can be occur with the valid and reliable instrument.

The quantitative research using the logic-hipotetiko-verify methods on this thinking, with the steps : take the problem, formulate the hypothesis about the mathematic teaching, bring the data together, analyze the data, exam the hypothesis, take the conclution, write down the report and finish. Based of the approach quantitative research in mathematics education is a research of the learning process in mathematics learning enviroment, interaction with that, try to understand the language and that meaning about mathematics learning. Because of that’s reason, the teacher must be go to the research place an d here for several times to observed or find the data that related to the research problem.

Effort to find the phenomenon in mathematics learning can be figured by the herminitic circle. When the teacher or the researcher try to find the learning aspect as a phenomenon, they must be understand that the componen is not steril. They related or conected with a lot of learning aspect and context in previous time or now. In the research, teacher can develop or inovated the mathematics learning based on the conceptual factor, value, pragmatice, empiric, or politics.

From the action of mathematics learning there are two kind of factor. They are the learning activity factor and the value factor. If the research want to correct the mathematics learning in content or the learning material so they can do the research to the student when they studied mathematics. If the researcher wants to correct the method, they need to see the context of the mathematic learn, teaching method that used by the teacher and how to coordinate the class. But if the research wants to detect the effect of the variation in learning factor that related with more than one factor they can use the correlation coefficient.

The researcher need to know about the reality of the mathematic education, mathematic education research method, mathematics learning theory, studying mathematic theory, the profecionalism of mathematics teacher, mathematics learning technology, assessment theory, international prespective, ideology of mathematics learning.

By do the research teacher can develop many aspect in teaching learning process in order to develop the education quality in mathematics. Teacher can develop the material of mathematics, teaching method,etc. by using this, the propecionalism of the teacher hopely increased.

DEVELOPING SCHOOL-BASED CURRICULUM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL MATHEMATICS IN INDONESIA

By : Marsigit

Revied by : Rosalia Hera NS

Meningkatkan kecerdasan warga negara merupakan tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD’45. Hal ini pulalah yang menjadi konsentrasi utama dari pemerintah. Sedangkan tujan dari sistem pendidikan di Indonesia sendiri teridri dari : kepercayaan kepada Tuhan YME, mengembangkan kecerdasan dan ketrmpilan individu, pengembangkan ahlak mulia. Sejak 1968, banyak pedekatan sistematik guna mengembangkan pendidikan di Indonesia yang telah dikembangkan. Sejak saat iru hingga tahun 1990an, pendekatan yang dialkukan dibut berdasarkan asumsi bahwa kurikulumharuslh bersifat logis dan berasal dari pemerintah. Kemudian terpecah menjadi hirarki dari objek instruktural dan pelajaran dibuat.

Akan tetapi, di tahun 1984, pendekatan ini dirasa tidaklah cocok mengerakan sumber daya dan untuk mengembangkan model secara nasional. Hal ini menujukkan ketidakberhasilan pekerjaan dalam rangka perubahan pendidikan di Indonesia yang diakibatkan dari beberapa hal seperti : lingkungan pendidikan yang kompleks, keterbatasan dana, keberagaman dari konteks pendidikan seperti etnik, geogrfi, budaya dan nilai, ketidakmengertian guru akan teori pembelajaran yang baik dan bagimana mengimplemantasikannnya, dan mediokrit pengembangan pendidikan bedasarkan alam, dasar dari ilmu pengetahuan dan perkembangan dunia.

Usaha yang dilakukan untuk mengembangkan pendidikaan matematika di Indonesia mencakup kolaborasi dari kegiatan piloting pembelajaran matematika di sekolah menengah pertam di beberapa derh di negara ini(Marsigit, 2003). Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan mencoba beberapa model pembelajaran di sekolah. Dosen dari pendidikan guru dan guru bekerjasama di sekolah untuk mengembangkan model pembelajaran yang dibutuhkan di lapangan.

Strategi dasar dilakukan adalah memperkenalkan aradigma baru dari pendidikan matematika dan pengetahuan. Objek dari kegiatan ini adalah untuk berkontribusi dalam rangka pengembangn pendidikan matematika dan pengetahuan di sekolah melalui percobaan beberapa materi yang dikembangkan dalam proyek ini yang berhubungan dengan sekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan mengacu pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan antara dosen dan guru.

Dalam kegiatan ini juga dilakukan monitoring. Hasil dari program monitoring ini antara lain : sosialisasi dari kurikulum baru ini perlu diintensifkan, partisipasi guru, kepala sekolah dan supervisor perlu ditingkatkan, sumber yang mendukung untuk kurikulum dibutuhkan untuk dikembangkan secara effektif, perlu dipromosikan kelas berdasarkan penelitian untuk guru sebagi dasar dari kegiatan pembelajaran, diperlukan diseminasi dari konsep an teori dengan baik mengenai paradigma pembelajaran matematika, implementasi dari kurikulum yang baru mecakup fasilitas pendidika dan media termasuk didalamnya pembiayaan.

Berdasarkan monitoring tersebut implementasi dari sekolah berdasar kurikulum mengidentifikasikan beberapa faktor dari siswa, guru dan lingkungan yang belum optimal untuk mendukung kurikulum yang baru. Hasil dari evaluasi pelaksanaan curikulum yang baru mengajarkan kita untuk terus mengembangkan kurikulum. Selain itu juga mensugesti kita untuk mengembangkan kualitas pendidikan matematika. selain itu pemeintah hendaknya mengembangkan serta memfasilitasi dan mendukung penerapan kurikulum yang baru dalam berbagai aspek termasuk didlamnya dengan mebenahi ataupun mengatur kembali pertauran-peraturan yang ada.

Minggu, 11 September 2011

THE ICEBERG APPROACH OF LEARNING FRACTIONS IN JUNIOR HIGH SCHOOL: TEACHERS’ SIMULATIONS OF PRIOR TO LESSON STUDY ACTIVITIES

Oleh : Marsigit

Direview oleh : Rosalia Hera NS

Dalam proses belajar mengajar hendaknya dikembangkan tiga aspek yakni afektif, kognitif, dan psikomotor pada siswa. Dengan mengembangkan ketiga aspek ini harapannya mampu menghasilkan generasi yang terbaik. Untuk mengembangkan ketiganya seorang guru dituntut untuk membentuk lingkungan yang mendukung sehingga kemampuan mereka di ketiga aspek tersebut dapat berkembang dengan baik. Begitupun dalam pembelajaran metematika.

Matematika di tingkat SMP diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif dan mampu mengkolaborasikannya dengan hal yang lain. Dengan kemampuan ini mereka dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari serta dapat sebagai bekal dalam pemecahan masalah.

Dan dalam rangka pengembangan ini hendaknya seorang guru mengunakan pendekatan realistik dan kontekstual agar materi dapat tersampaikan dengan baik dan mudah dimengerti. Selain itu, sumber pembelajaran hendakya juga berkembang. Maksudnya, sumber tidak hanya tertuju pada satu sumber namun juga membuka kemungkinan adanya sumber-sumber lainnya.

Matematika realistik sendiri merupakan sebuah metode pembelajaran matematika yang mengakaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari atau situasi yang dihadapi oleh siswa. Tidak hanya itu, matematika realistik juga disesuaikan dengan apa yang difikirkn oleh siswa. Dengan demikian harapannnya dapat menjebatani kemampuan berfikir abstrak siswa yang belum maksimal.

Untuk pendekatan Iceberg, dimulai dengan pemberian pengalaman belajar secara nyata kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk membangun pengetahuan siswa. Sedangkan dalam pembelajaran pecahan banyak siswa yang susah untuk mengkaitkan pengertiannya secara informal dengan pengertian matematisnya. Dan terkadang siswa merasa materi ini abstrak.

Dalam penyampaian materinya, guru berusaha mengidentifikasi aturan-aturan yang ada dengan menvisualisasikannnya. Visualisasi ini dilakukan dengan cara mengkaitkan serta memanipulasi konsep pecahan, relasinya serta operasi-operasinya. Meskipun dalam pelaksanaannya masih ditemukan beberapa masalah. Akan tetapi pengalaman belajar siswa sangatlah penting guna membentuk dan mengembangkan sikap matematis atau metode matematis.

Banyak guru yang mengunakan model Iceberg guna mengajarkan meteri pecahan. Dalam mengembangkan model iceberg, guru mengungkapkan bahwa pecahan tidak hanya terdiri dari bilangan bulat akan tetapi juga perbandingan serta bilangan rasional. Meskipun model iceberg membangun sendiri konsep pecahan pada siswa akan tetapi masih ada siswa yang merasa susah untuk mengerjakan soal yang berkaitan dengan simbol. Akan tetapi dengan metode ini, siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah terkait kehidupan sehari-hari dengan lebih mudah. Oleh karenanya metode ini cukup penting untuk mengajarkan matematika di SMP.