Refleksi Perkuliahan III Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, MA
Jumat, 26 September 2014; pukul 10.00 – 11.40
Dalam rangka mempelajari sesuatu
tentunya diperlukan pemahaman tentang cara atau metode untuk memahaminya.
Begitu pula dalam filsafat. Tentunya kita perlu mengetahui komponen filsafat, objeknya, metodenya, serta
posisi kita sebagai pembelajarnya. Itu semua dapat membantu kita menetukan
pendekatan terefisien dan tepat dalam mempelajarinya. Selain itu juga dapat
menjadi tuntunan agar tidak salah jalan.
Pertama yang perlu kita ketahui adalah
objek filsafat. Objek dalam filsafat mencakup segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada (potensi). Yang ada dan yang mungkin ada disini mengacu pada
pikiran masing-masing subjek filsafat bukan berdasarkan ukuran universal.
Setiap orang memiliki objek yang ada yang berbeda dengan orang lain begitu pula
untuk yang mungkin ada. Objek yang mungkin ada suatu saat dapat berubah menjadi
hal yang ada dalam pikiran subjek filsafat.
Selanjutnya, dalam mengekplorasi objek
filsafat ini diperlukan metode tertentu. dalam berfilsafat metode yang
digunakan adalah metode mendalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya.
Mendalam sedalam-dalamnya ini disebut juga dengan istilah intesifikasi. sedangkan
luas seluasluasnya disebut ekstensifikasi. Melalui metode ini kita dapat
memahami dengan mendalam dan tidak terkurung dalam satu prespektif. Dengan
demikian pikiran kita akan lebih terbuka.
Dalam berfilsafat hendaknya kita
memposisikan diri sebagai subjek yang aktif. Subjek yang aktif disini adalah
subjek yang senantiasa menerjemahkan dan diterjemahkan. Subjek yang senantiasa
bertanya dan mengali jawaban atas pertanyaannya. Hal ini menjadi penting karena
filsafat adalah diri kita sendiri. Filsafat kita dibagun oleh diri kita sendiri
bukan orang lain. Orang lain dalam hal ini hanya berfungsi sebagai dinamisator
atau fasilitator. Orang lain hanya membimbing dan mengingatkan ketika kita
mulai salah arah.
Pertanyaan :
1. Bagaimana
kita tahu bahwa kita mulai salah langkah dalam berfilsafat?
2. Manakah
yang hendaknya lebih dominan dalam berfilsafat empiris ataukah logis?
3. Bagaimana
melatih diri kita untuk berfikir secara luas?
4. Setiap
orang memiliki filsafatnya sendiri, lantas bagaimana cara menjebataninya?
5. Bagaimana
menjebatani perbedaan individu dalam pembelajaran?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar