a. Latar Belakang dan Alasan Pemilihan Masalah
Matematika seringkali diidentikkan dengan bilangan. Ketika
kita berbicara matematika maka interpretasi masyakarakat umum adalah kita akan
berbicara mengenai bilangan meskipun sebenarnya di dalamnya masih ada banyak
pembahasan lainnya. Matematika dan bilangan menjadi sesuatu yang melekat erat.
Hal ini juga sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di
sekolah. Dalam materi bilangan di sekolah terbagi menjadi beberapa sub bab. Mulai
dari operasi bilangan bulat, bentuk
pangkat, menentukan akar bilangan bulat, hingga mengenai barisan dan deret.
Dalam makalah ini tidak dibahas secara keseluruhan mengenai bilangan akan
tetapi hanyalah pada sub-bab menentukan akar bilangan.
Materi ini merupakan sub topic operasi hitung bilangan bulat
yang merupakan KD pertama untuk kelas VII semester 1. Kompetesi dasar tersebut
adalah melakukan operasi hitung
bilangan bulat dan pecahan. KD ini terbagi kedalam dua topik yakni operai
hitung bilangan bulat dan operasi hitung bilangan pecahan. Di dalam operasi
bilangan bulat ini termuat materi akar bilangan bulat yang akan dibahas dalam
makalah ini.
Menentukan akar dari suatu bilangan mungkin bukanlah hal sulit bagi kita. Materi tersebut telah kita pelajari sejak di bangku sekolah dasar hingga saat ini. Ada banyak cara yang dapat kita gunakan untuk menentukannya antara lain dengan mengunakan pemfaktoran dan juga perkiraan. Dua cara inilah yang umumnya diajarkan di SMP. Akan tetapi berdasarkan pengalaman penulis saat melaksanakan kegiatan praktek pengajaran lapangan mayoritas siswa cenderung mengunakan metode menghafal. Mereka menghafalkan kuadrat dari suatu bilangan yang kemudian digunakan untuk menentukan akar dari bilangan kudrat tersebut. Begitupun dengan akar pangkat tiga dari suatu bilangan. Hal ini membatasi permasalahan-permasalahan terkait akar bilangan yang dapat diselesaikan oleh siswa.
Selain hafalan untuk menentukan akar suatu bilangan siswa di
sekolah dasar diajarkan suatu cara yang terdapat di beberapa buku paket. Cara
tersebut tidak terkait dengan materi perpangkatan yang dipelajari sebelumnya
serta kurang jelas dasar dari aturan yang digunakan. Selain itu cara tersebut
hanya dapat digunakan untuk menentukan akar suatu bilangan kuadrat, sedangkan
di SMP selain akar kuadrat juga dipelajari materi mengenai akar pangkat tiga.
Oleh karena itu pada saat pembelajaran, siswa diajarkan
bagaimana menentukan akar dari suatu bilangan dengan mengunakan cara menentukan
faktorisasi primanya terlebih dahulu. Dengan cara ini diharapkan siswa dapat
menyelesaikan berbagai bentuk akar suatu bilangan karena cara ini lebih umum.
Dalam pembelajaran yang sudah dilakukan oleh penulis pada saat praktek Pengajaran
lapangan, pada saat menjelaskan materi ini terdapat beberapa kesulitan.
Kesulitan tersebut antara lain bagaimana untuk memahamkan siswa mengenai konsep
akar ini yang merupakan kebalikan dari bentuk pangkat yang sudah dipelajari
sebelumnya. Beberapa siswa kesulitan menetukan bentuk sederhana dari akar suatu
bilangan terlebih ketika bilangan tersebut merupakan perkalian dari suatu
bilangan yang berpangkat lebih dari akarnya.
Dalam makalah ini akan diuaraikan terkait permasalahan
tersebut yang disertai dengan kesulitan yang dialami siswa dalam menentukan
akar suatu bilangan berdasarkan pengalaman penulis. Makalah ini merupakan
pengalaman penulis yang coba untuk dibagikan agar dapat menjadi sebuah
pengalaman sekaligus menjadi bahan diskusi untuk dipecahkan bersama. Dengan
demikian kedepannya pembaca dapat lebih cermat dalam mengajarkan materi ini
sehingga seluruh siswa dapat memahami materi tersebut.
a. Menentukan Akar Suatu Bilangan dengan
Mengunakan Faktor
Menentukan akar suatu bilangan yang dimaksudkan disini adalah
menentukan akar bilangan tersebut jika hasilnya bulat atau bentuk sederhananya
untuk akar yang tidak bulat. Hal ini dikarenakan untuk siswa SMP ruang lingkup
bahasannya pada SK-KD ini adalah bilangan bulat.
Dalam menentukan akar suatu bilangan dengan cara pemfaktoran
ini konsep dasar yang perlu dipahami oleh siswa adalah bahwa akar merupakan
kebalikan dari bentuk pangkat.
1.
Menetukan akar kuadrat suatu bilangan
Untuk menentukan akar
dari bilangan tersebut terlebih dahulu kita tentukan faktorisasi dari bilangan
yang diakar yakni 144.
144 = 24 x 32
2.
Menentukan akar pangkat tiga suatu bilangan
b. Pembelajaran yang Dilakukan
Sebelum mempelajari materi tersebut siswa telah mempelajari
materi mengenai bilangan berpangkat beserta sifat-sifatnya. Materi tersebut
sangatlah penting untuk menentukan akar bilangan dengan mengunakan cara
pemfaktoran. Hal ini dikarenakan dasar dari penentuan akar dengan cara
pemfaktoran adalah pemahaman bahwasanya akar merupakan kebalikan dari bentuk
pangkat. Oleh karenanya factor-faktor tersebut hendaknya juga dinyatakan dalam
bentuk bilangan berpangkat. Karena bentuk bilangannya berupa bilangan
berpangkat, maka diperlukan pemahaman akan sifat-sifat bilangan berpangkat pula
untuk memudahkan pengerjaan.
Setelah memahami materi mengenai bilangan berpangkat barulah
siswa dibawa ke penentuan akar suatu bilangan. Dimulai dari akar suatu bilangan
yang hasilnya kurang dari 10 dan bentuk pangkatnya. Dengan mengunakan bilangan
yang relative kecil ini memudahkan siswa untuk menentukan bentuk pangkat
sekaligus akarnya karena sebagian besar sudah dihafal. Hal ini dilakukan untuk
memberikan pemahaman bahwasanya bentuk akar merupakan kebalikan dari bilangan
berpangkat.
Jika prinsip dasar tersebut telah dipahami maka materi
dilanjutkan ke penentuan akar suatu bilangan dengan cara pemfaktoran. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam menjelaskan materi tersebut antara lain :
1.
Contoh Menetukan akar kuadrat dari 324
Setelah ditentukan
faktorisasi primanya, kemudian praktikan menjelaskan prosedur untuk
mengeluarkan bilangan-bilangan tersebut dari tanda akar. Seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa bentuk akar merupakan kebalikan dari bentuk
pangkat, maka akar kuadrat merupakan kebalikan dari kuadrat. Dengan demikian
setiap bilangan yang merupakan bilangan berpangkat dapat dikeluarkan dari tanda
akar.
Untuk menambah
kejelasan siswa, pada saat menjelaskan materi ini praktikan mengunakan istilah
berpasangan. Dimana setiap bilangan yang memiliki pasangan dapat dikeluarkan
dari tanda akar kuadrat dan diwakili oleh salah satunya (bukan bentuk kuadrat
lagi). Kemudian bilangan-bilangan yang dapat dikeluarkan tersebut dikalikan
untuk menentukan akarnya. Jika dalam kasus tersebut terdapat bilangan yang
tidak memiliki pasangan maka ia tetap berada didalam tanda akar dan ikut
dikalikan untuk hasil akhirnya.
Pada contoh diatas
setiap bilangannya memiliki pasangan yakni 2x2, 3x3, 3x3. Oleh karenanya
semuanya dapat dikeluarkan dari bentuk akar menjadi 2x3x3 yang nilainya sama
dengan 18. Sehingga diperoleh niali 18 yang merupakan akar dari 324, atau .
2.
Menentukan akar pangkat tiga suatu bilangan
Untuk menentukan akar pangkat tiga dari
suatu bilangan ataupun nilainya analog dengan cara menentukan akar kuadrat
suatu bilangan. Perbedaan yang berlaku disini adalah pangkat bilangan yang
dapat keluar dari tanda akar. Jika pada akar kuadrat setiap bilangan berpangkat
dua yang dapat keluar dari tanda akar, maka pada akar pangkat tiga setiap
bilangan yang berpangkat tigalah yang dapat dikeluarkan dari akar. Ilustrasi
yang digunakan pun sama, hanya saja pada akar pangkat tiga ini setiap factor
dikelompokkan dengan anggota masing-masing kelompok 3. Bilangan yang tidak
memiliki 2 teman harus tetap berada dalam tanda akar.
Contoh
Dari contoh ini hanya ada satu kelompok
yang terdiri dari 3 bilangan yang sama yakni 3x3x3, maka bilangan lain yakni 2,
2 dan 3 tetap berada dalam tanda akar. Dengan demikian diperoleh .
c. Permasalahan yang Dihadapi saat
Membelajarkan Materi Tersebut
Dalam materi ini sebagian siswa dapat memahami materi yang
diajarkan. Mereka sudah mengerti bahwa setiap factor yang berpangkat tiga dapat
dikeluarkan dari akar (untuk akar pangkat tiga). Meskipun demikian masih banyak
siswa yang kebingungan saat pertama kali dijelaskan. Akan tetapi setelah
dijelaskan kembali sebagian telah paham dan sebagian lagi terkadang masih salah
dalam mengerjakan. Mayoritas kesalahan-kesalahan ini muncul saat menentukan
nilai dari akar pangkat tiga suatu bilangan. Kesalahan-kesalahan ini ada pula
yang merupakan kesalahan sepele namun berakibat fatal.
Kesalahan tersebut adalah kesalahan akibat kurang
memperhatikan tanda akar sehingga bilangan yang harusnya dicari akar pangkat
tiganya malah dicari akar kuadratnya. Kesalahan seperti ini sering sekali
ditemui oleh praktikan saat pertama kali siswa mempelajari akar pangkat tiga.
Meskipun soal telah dituliskan dalam tanda akar pangkat tiga namun saat
mengerjakan selanjutnya angka tiga dalam tanda akar sering kali lupa untuk
dituliskan.
Kesalahan ini dapat diatasi dengan memberikan penekanan
mengenai tanda akar dari keduannya. Penekanan ini hendaknya diberikan sejak
awal pembelajaran karena meskipun sepele hal ini sangatlah vital. Misalnya saja
kita ingin menetukan akar pangkat tiga dari 64. Akar pangkat tiga dari 64
adalah 2, akan tetapi jika siswa salah menuliskan tandanya sehingga mengira
akar kuadrat hasilnya menjadi 8. Tentu hasilnya disini jauh berbeda. Oleh
karenanya siswa harus lebih berhati-hati.
Selain itu kesalahan lain yang banyak dilakukan siswa adalah
siswa berasumsi bahwa asalkan setiap bilangan berpangkat lebih dari akarnya
maka ia dapat dikeluarkan dari tanda akar tanpa memperhatikan berapa banyak
pasangan (kelompok) yang ada. Misalnya saja akar pangkat tiga dari 729.
Faktorisasi prima dari 729 adalah 3x3x3x3x3x3 atau 36. Dari sini ada
saja siswa yang kemudian menyimpulkan akar dari 729 adalah 3. Tentu hasilnya
jauh berbeda dari hasil yang seharusnya yakni 9. Kesalahan lain yang sejenis
dengan contoh tersebut adalah ketika
hasilnya bukan bilangan bulat atau masih ada bilangan yang berada di dalam
tanda akar. Misalnya , faktorisasi primanya
3x3x3x3 atau 34. Kemudian siswa menjawab , bukannya .
Kedua kesalahan ini lebih sering dialami
oleh siswa yang menuliskan faktorisasi primanya ke dalam bentuk pangkat. Untuk
siswa yang menuliskannya dalam bentuk perkalian berulang cenderung menjawab
dengan tepat nilai akar bilangan tersebut. Hal ini dimungkinkan terjadi karena
siswa yang menuliskan factor-faktor bilangan tersebut kedalam sebuah perkalian
berulang lebih mudah memahami makna berpasangan dan berkelompok dibandingkan
dengan yang menuliskannya kedalam bentuk bilangan berpangkat. Siswa tersebut
belum dapat mengubah konsep berpasangan dan berkelompok kedalam bentuk pangkat
yakni bentuk pangkat dua dan pangkat tiga. Selain itu mereka cenderung kurang
dapat memanipulasi bentuk pangkat tersebut untuk dipecah menjadi perkalian
bentuk pangkat yang lebih kecil dengan menyesuaikan akarnya.
Dari paparan tersebut nampak bahwasanya
masih diperlukan penguatan mengenai materi sifat bilangan berpangkat. hal ini
diperlukan agar siswa lebih memahami makna dari bilangan berpangkat itu sendiri
dan dapat mengunakannya dalam memecahkan masalah. Selain itu pada saat
mengajarkan prosedur penarikan akar setelah difaktorkan, hendaknya siswa juga
diberikan contoh dengan mengubah bentuk pangkat kedalam bentuk pangkat yang
disesuaikan dengan akarnya.
Selain dari sisi siswa, kendala yang juga
ditemui ketika membelajarkan materi akar ini juga muncul dari sisi guru dalam
hal ini praktikan saat mengajar. Kendala yang dihadapi adalah bagaimana ilustrasi
atau bahasa yang tepat untuk menjelaskan materi ini. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya ketika digunakan istilah kelompok/pasangan ada siswa yang kemudian
salah memahami. Istilah ini kurang mengakomodir kemungkinan-kemungkinan
pengerjaan siswa seperti ketika faktorisasi primanya dituliskan dalam bentuk
bilangan berpangkat. Ketika akan digunakan pendekatan akar pangkat tiga sebagai
bentuk pangkat 1/3, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lain dari
siswa. Hal ini disebabkan perpangkatan bilangan yang sudah dipelajari
sebelumnya masih berada pada ruang bilangan bulat sehingga pangkat dalam bentuk
pecahan belum dipelajari. Oleh karenanya ketika akan digunakan pendekatan ini
tentunya tidak sesuai dengan kemampuan siswa saat itu.
Dalam pembelajaran hendaknya juga memperhatikan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki siswa. Dalam hal ini, kemampuan dasar yang mendukung
pemahaman akan materi adalah perpangkatan bilangan. Oleh karenanya dalam
pembelajaran ini perlu ditekankan mengenai materi bilangan berpangkat untuk
lebih memudahkan siswa memahami materi seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Selain itu, dalam menjelaskan hendaknya guru/praktikan mengunakan
pendekatan bilangan berpangkat terlebih dahulu baru kemudian ilustrasi
berpasangan atau berkelompok ini digunakan sebagai cara untuk lebih memperjelas
materi. Langkah ini diperlukan agar siswa tidak terjebak saat ia menuliskan
factor-faktor bilangan kedalam bentuk pangkat. Dengan cara ini siswa dapat
memahami bahwa konsep berpasangan/berkelompok dalam hal ini sama artinya dengan
berpangkat dua (berpasangan) atau berpangkat tiga (kelompok). Jadi sebelum
menyimpulkan hasilnya siswa mampu menjabarkan bentuk pangkatnya terlebih
dahulu.
a. Kesimpulan
Menentukan akar suatu bilangan dengan cara pemfaktoran
merupakan hal yang penting untuk dipahami oleh siswa. Prinsip-prinsip
pengerjaan dengan metode ini akan digunakan dalam materi-materi selanjutnya.
Selain itu metode ini merupakan metode yang dapat diguanakan secara umum. Akan
tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran masih ditemukan beberapa masalah seperti
yang telah dibahas diatas. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan :
1.
Sebelum mempelajari mengenai akar siswa harus
benar-benar paham mengenai bentuk pangkat suatu bilangan dan sifat-sifatnya.
2.
Diperlukan penekanan mengenai sifat-sifat
bilangan berpangkat dan bagaimana prosedur penarikan akar dari bilangan
berpangkat.
3.
Dalam membelajarkan materi ini guru hendaknya
juga memperhatikan tata bahasa yang tepat sebagai ilustrasi agar siswa mudah
memahaminya dan tidak merasa binggung.
mumet tenan ki aku mahami tulisan iki... :-(
BalasHapushehheee,,,tyata equationnnya g muncul,,,hehhee
BalasHapusNgelu,back hitam tulisan pink nyala. Tapi ilmu sangat bermanfaat banget. Trims
BalasHapus