Kamis, 05 September 2013

METODE GUIDED DISCOVERY

Guided discovery  atau penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian dari metode penemuan (discovery). Prinsip dasar guided discovery secara garis besar sama dengan pembelajaran dengan metode discovery. Perbedaan antara kedua metode ini hanya terdapat pada banyaknya bimbingan dari guru.
Menurut Ruseffendi (1980 : 209), metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Selanjutnya menurut Bruner (Markaban, 2006: 9) belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari pemecahan. Dengan demikian dalam metode ini, pembelajaran dilakukan dengan menekankan pada pengalaman langsung siswa.
Metode ini bersifat student oriented di mana siswa diberi kebebasan untuk mencoba-coba, menerka, mengunakan intuisi, menyelidikan dan menarik kesimpulan dari apa yang ia telah lakukan. Selain itu, metode discovery mampu untuk membangkitkan aktifitas siswa yang berpusat pada proses dan bersifat self directed, selalu ingin mencari dan membangkitkan belajar secara reflektif. Hasil yang diperoleh dari penemuan yang dilakukan oleh siswa bukan hal yang benar-benar baru. Pengetahuan atau hasil yang diperoleh sebenarnya sudah diketahui oleh orang lain termasuk guru akan tetapi masih baru bagi siswa.  
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya metode guided discovery ini merupakan bagian dari metode penemuan hanya saja dalam prosesnya siswa mendapat bimbingan dari guru. Bimbingan yang diberikan ini untuk mengarahkan siswa agar proses penemuannya atau kegiatannya terarah menuju ke materi yang hendak dipelajari dan tidak terlalu meluas. Guru dalam hal ini berperan sebagai pembimbing yang bertugas membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengunakan ide, konsep, dan ketrampilan yang telah mereka miliki untuk menemukan pengetahuan yang baru.
Dalam perencanaan pengajaran dengan metode penemuan ini perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a.       Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh
b.      Hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa
c.       Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa
d.      Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing saja, bukan pemberitahuan. (Erman Suherman, dkk, 2003 :214)
Secara umum, tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan mengunakan metode guided discovery  ini antara lain (Sudjana, 1991 : 155):
1)      Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa
2)      Mentapkan jawaban sementara atau hipotesis
3)      Siswa mencari informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab pemasalahan/hipotesis
4)      Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
5)      Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi yang baru.
Menurut  Markaban (2006 : 16) agar pelaksanaan model penemuan terbimbing ini berjalan efektif, beberapa langkah yang perlu ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut
a.       Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir yang ditempuh siswa tidak salah.
b.      Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut.
c.       Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
d.      Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakini kebenaran prakiraan siswa sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e.       Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut maka verbalisasi konjektur sebaliknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.
f.       Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

Daftar Pustaka :
Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : UPI
Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Tebimbing.  Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika.
Ruseffendi. (1980). Pengajaran Matematika Modern. Bandung : Tarsito.
Sudjana. (1991). Dasar-dasar proses belajar mengajar.  Bandung : Sinar Baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar