Guided discovery atau penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian
dari metode penemuan (discovery). Prinsip
dasar guided discovery secara garis
besar sama dengan pembelajaran dengan metode discovery. Perbedaan antara kedua metode ini hanya terdapat pada
banyaknya bimbingan dari guru.
Menurut Ruseffendi
(1980 : 209), metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran
sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahuinya tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri.
Selanjutnya menurut Bruner (Markaban, 2006: 9) belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari pemecahan. Dengan demikian dalam metode ini, pembelajaran dilakukan dengan menekankan pada pengalaman langsung siswa.
Selanjutnya menurut Bruner (Markaban, 2006: 9) belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari pemecahan. Dengan demikian dalam metode ini, pembelajaran dilakukan dengan menekankan pada pengalaman langsung siswa.
Metode ini bersifat student oriented di mana siswa diberi
kebebasan untuk mencoba-coba, menerka, mengunakan intuisi, menyelidikan dan
menarik kesimpulan dari apa yang ia telah lakukan. Selain itu, metode discovery mampu untuk membangkitkan
aktifitas siswa yang berpusat pada proses dan bersifat self directed, selalu ingin mencari dan membangkitkan belajar
secara reflektif. Hasil yang diperoleh dari penemuan yang dilakukan oleh siswa
bukan hal yang benar-benar baru. Pengetahuan atau hasil yang diperoleh
sebenarnya sudah diketahui oleh orang lain termasuk guru akan tetapi masih baru
bagi siswa.
Seperti yang telah
diungkapkan sebelumnya metode guided
discovery ini merupakan bagian dari metode penemuan hanya saja dalam
prosesnya siswa mendapat bimbingan dari guru. Bimbingan yang diberikan ini
untuk mengarahkan siswa agar proses penemuannya atau kegiatannya terarah menuju
ke materi yang hendak dipelajari dan tidak terlalu meluas. Guru dalam hal ini
berperan sebagai pembimbing yang bertugas membimbing dan mengarahkan siswa
untuk mengunakan ide, konsep, dan ketrampilan yang telah mereka miliki untuk
menemukan pengetahuan yang baru.
Dalam perencanaan
pengajaran dengan metode penemuan ini perlu memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
a. Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh
b. Hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa
c. Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa
d. Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing saja,
bukan pemberitahuan. (Erman Suherman, dkk, 2003 :214)
Secara umum,
tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan mengunakan metode guided discovery ini antara lain (Sudjana, 1991 : 155):
1)
Perumusan masalah
untuk dipecahkan siswa
2)
Mentapkan jawaban
sementara atau hipotesis
3)
Siswa mencari
informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab pemasalahan/hipotesis
4)
Menarik kesimpulan
jawaban atau generalisasi
5)
Mengaplikasikan
kesimpulan atau generalisasi dalam situasi yang baru.
Menurut Markaban (2006 : 16) agar pelaksanaan model
penemuan terbimbing ini berjalan efektif, beberapa langkah yang perlu ditempuh
oleh guru matematika adalah sebagai berikut
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan
data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah
tafsir yang ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut.
c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis
yang dilakukannya.
d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa
diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakini kebenaran
prakiraan siswa sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran
konjektur tersebut maka verbalisasi konjektur sebaliknya diserahkan juga kepada
siswa untuk menyusunnya.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru
menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil
penemuan itu benar.
Daftar Pustaka :
Erman Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung : UPI
Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Tebimbing. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika.
Ruseffendi. (1980). Pengajaran Matematika Modern. Bandung : Tarsito.
Sudjana. (1991). Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar