Senin, 16 September 2013

METODE PROBLEM POSING

Problem posing adalah istilah dalam bahasa inggris yang terdiri dari dua kata dasar yakni “problem” yang dapat diartikan sebagai masalah, soal atau persoalan dan “pose” yang artinya mengajukan. Jadi secara harfiah problem posing  dapat diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Pengajuan soal atau pengajuan masalah ini dalam pembelajaran matematika dapat dipadankan dengan kata pembentukan soal.

Menurut Suyanto (Tatag Yuli Eko Siswono, 2000:4) pembentukan soal dapat diartikan sebagai perumusan soal atau mengerjakan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik yang dilakukan sebelum, ketika atau setelah pemecahan masalah. Selain pendapat tersebut juga terdapat pendapat lain mengenai istilah ini. Ellerton (Ali Mahmudi, 2008: 5) mendefinisikan problem posing sebagai pembuatan soal oleh siswa yang dapat mereka pikirkan tanpa pembatasan apapun baik terkait isi maupun konteksnya. Pendapat lain menyatakan bahwa problem posing dapat pula diartikan sebagai pembentukan soal berdasarkan stimulus yang diberikan. Stimulus tersebut dapat berupa gambar, informasi maupun konteks tertentu.
Problem posing dalam matematika adalah suatu metode pembelajaran matematika yang menekankan pada perumusan soal yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir matematis siswa. Melalui metode ini siswa membangun sendiri masalahnya. Dengan demikian siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir matematisnya termasuk di dalamnya kemapuan penalaran matematis.
Dalam metode ini terangkum dua tahapan kognitif yakni accepting dan challenging. Pada tahapan menerima siswa dapat membaca situasi atau informasi yang diberikan oleh guru ataupun dapat menerima stimulus yang diberikan. Dari pemahaman akan situasi atau stimulus ini kemudian siswa akan tertantang untuk mengajukan soal atau membuat soal berdasarkan situasi atau stimulus yang diberikan (Brown & Walter, 2005 : 12-18). Melalui kedua tahapan ini maka struktur kognitif siswa menjadi lebih kaya melalui proses accepting dan hubungan antara jaringan struktur kognitifnya akan semakin kuat melalui proses challenging. Dengan kuatnya hubungan serta kayanya struktur kognitif siswa tentunya akan berpengaruh positif terhadap kemampuan penalarannya.
Secara umum kegiatan pengajuan soal dibedakan menjadi tiga aktivitas kognitif antara lain :
1.      Pre solution posing, yaitu pembuatan soal berdasar situasi atau informasi yang diberikan.
2.      Within solution posing, yaitu pembuatan atau formulasi soal yang sedang diselesaikan. Hal ini bertujuan untuk menyederhanakan soal yang diberikan sehingga soal yang dibuat diharapkan merupakan soal yang mendukung penyelesaian soal semula.
3.      Post solution posing, yaitu memodifikasi atau merevisi tujuan atau kondisi soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang lebih menantang. (Ali Mahmudi, 2008 : 4-6).
Menurut Menon (Tatag Yuli E. S., 2000 : 5), langkah pembelajaran dengan pengajuan soal (problem posing) dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :
1)      Memberikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua informasi yang diperlukan untuk memecahkan soal tersebut ada. Tugas siswa adalah membuat pertanyaan berdasar informasi tadi.
2)      Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi kelompok. Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita sekaligus penyelesaiaannya. Nanti soal-soal tersebut dipecahkan oleh kelompok lain. Sebelumnya soal diberikan kepada guru untuk diedit tentang kebaikan dan kesiapannya. 
3)    Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah. Sejumlah pertanyaan kemudian diseleksi dari daftar tersebut untuk diselesaikan.

Daftar Pustaka :
Ali Mahmudi. (2008). Pembelajaran problem posing untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Makalah, Seminar Nasional Matematika.  Bandung : FMIPA UNPAD.
Brown, Stephen I & Walter, Marion I.. (2005). The art of problem posing. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates.
Tatag Yuli Eko S. (2000). Problem Posing: Sebuah Alternatif Pembelajaran yang Demokratis.Makalah, Seminar Trasnformasi Pegawai Negeri Sipil Menuju Masyarakat Yang Demokratis. Malang.
Tatag Yuli Eko S. (2002). Proses Berfikir Siswa dalam Pengajuan Soal. MATEMATIKA, Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. Tahun VIII.  Hlm 44-50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar