Refleksi Perkuliahan I Filsafat Ilmu
Oleh : Rosalia Hera Novita Sari
14709251005
Pendidikan Matematika D PPs UNY
Seperti halnya ketika
kita akan memakan sesuatu, tentunya kita akan mencari tau terlebih dahulu apa
yang akan kita makan, ada apa saja di dalam makanan tersebut serta bagaimana
kira-kira rasanya. Begitu pula ketika kita akan mempelajari sesuatu. Tentunya
akan dimulai dari gambaran umum mengenai apa yang akan kita pelajari, bagaimana
komposisinya atau isi yang akan dipelajari serta apa saja yang akan kita
peroleh dari mempelajarinya. Hal itu pula yang dilakukan pada perkuliahan
pertama mata kuliah Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, MA. Perkuliahan
perdana di semester perdana ini diawali dengan silaturahmi umum mengenai apa
itu filsafat, bagian-bagiannya serta hal-hal pokok yang menyertainya.
Filsafat merupakan pola
pikir yang mencakup seluruh kehidupan manusia, oleh karenanya filsafat terbagi
kedalam banyak cabang. Mulai dari filsafat ilmu, filsafat hidup, filsafat agama
dll. Seluruh kehidupan manusia dari suatu yang ada hingga yang mungkin ada
menjadi cakupan dalam filsafat. Namun secara spesifik perkuliahan ini akan
membahas mengenai filsafat ilmu. Filsafat ilmu sendiri terbagi kedalam beberapa
anak cabang seperti filsafat pendidikan, filsafat matematika, serta filsafat
mengenai cabang-cabang ilmu lainnya. Hal ini dikarenakan luasnya ruang lingkup
dari filsafat seperti yang telah dinyatakan sebelumnya. Dalam filsafat ilmu ini
juga akan mempelajari menganai cabang-cabang ilmu antara lain : ilmu bidang,
humaniora dan kealaman.
Meskipun filsafat memiliki cabang dan
spesifikasi yang sangat banyak namun secara umum memiliki karakteristik yang
analog berdasarkan dengan konteks bahasannya. Secara umum filsafat terbagi
dalam 3 unsur yakni ontology, epistimologi, dan aksiologi. Ontology bermakna
isi sedangkan epistimologi bermakna wadah dan aksiologi bermakna
kebermanfaatannya. Kedua unsur ontology dan epistimologi saling berkaitan.
Tidak aka ada isi tanpa wadah dan sebaliknya. Sebagai contohnya ketika kita
melihat air tentunya tidak akan terlepas dari apa yang menjadi wadahnya. Kita
tidak akan dapat menyebutkan air tanpa ada wadah. Ketika kita melihat air di
laut, laut akan menjadi wadah dari air, begitu pula ketika kita ke sungai. Kedua
unsur ini selalu berjalan beriringan dan tidak terpisahkan. Jika demikian
bagaimana dengan aksiologi? Apakah ia merupakan unsur yang terpisah dari unsur
lainnya? Jawabanya tentu saja tidak. Mengapa demikian? Karena aksiologi ini
juga tidak dapat dipisahkan dengan ontology. Ketika terdapat suatu hal di muka
bumi ini tentunya kita dapat mengambil manfaat darinya. Dengan demikian setiap
isi pasti ada manfaatny. Oleh karenya ketida unsur ini senantiasa berjalan
beriringan ketika kita memandang suatu objek entah yang ada atau yang mungkin
ada. Ketiga unsur ini hendaknya dilihat tidak hanya dari satu segi saja akan
tetapi memalui analisis metafisik karena dimensinya yang luas.
Dalam berfilsafat kita
juga pasti akan bertemu dengan thesis dan anti tesis. Kedua hal ini saling
berhubungan dengan penghubungnya berupa sintesis. Dari thesis yang kita peroleh
akan kita lihat hubungannya atau interaksinya melalui proses sintesis hingga
menghasilkan suatu antithesis. Anti tesis ini juga dapat menjadi tesis bagi
anti tesis lainya begitu seterusnya sehingga proses tesis-sintesis-antitesis
ini menjadi sebuah siklus yang tidak akan terhenti.proses sintesis yang dapat
berupa interaksi dan komunikasi ini harapannya dapat membuat kita memiliki
sifat holistic, komperhensif, kompak, lengkap, keajegan dll. Melalui sifat
holistic yang dapat dimaknakan sebagai keberlanjutan, diharapkan kita mampu
istiqomah dalam setiap perbuatan. Begitu pula sifat-sifat lainnya seperti
keajegan dimana kita diharapkan konsisten dan dapat dipercaya.
Dalam rangka menuju
sifat-sifat tersebut tentunya diperlukan beberapa faktor atau unsur yang harus
kita miliki. Unsur-unsur tersebut antara lain : ekspetasi, jujur, dapat
dipercaya, kesadaran, potensi serta fakta. Unsur-unsur tersebut telah mencakup
tiga unsur utama filsafat yakni ontology (potensi, fakta), epistimologi
(kesadaran) dan aksiologi (jujur). Tujuan akhir dari proses silaturahmi dengan
filsafat ini adalah membuat kita naik kelas. Dari yang awalnya hanya pada kelas
daksa diharapkan dapat berubah menjadi seorang dewa yang terbebas dari ruang
dan waktu. Dewa yang memahami posisinya serta memiliki kesadaran dimensi.
Dengan demikian kita dapat lebih arif dan bijaksana dalam bertindak.
Pertanyaan
:
1.
Bagaimana cara kita memahami filsafat
orang lain padahal filsafat itu subjektif?
2.
Faktor apakah yang paling dominan
mempengaruhi filsafat seseorang?
3. Bagaimana
sebenarnya awal mula munculnya filsafat?
4. Bagaimana
cara kerja filsafat dalam mendasari ilmu pengetahuan?
5. Manakah
yang lebih dahulu muncul filsafat atau ilmu pengetahuan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar