Rabu, 05 Desember 2012

MENJADI MANUSIA SUPER PENEMBUS RUANG DAN WAKTU


Refleksi 4 Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika Prof. Marsigit
Oleh : Rosalia Hera NS (09301244003)

Menjadi penjelajah ruang dan waktu mungkin adalah sesuatu yang awalnya kita pikir hal yang mustahil. Cerita tentang penjelajahan ruang dan waktu ini nampaknya hanya kita saksikan dalam dongeng saja. Ia menjadi sebuah cerita fiktif dan menjadi angan-angan manusia saja. Ia menjadi sebuah potensi yang mungkin ada dalm kehidupan kita. Dalam angan kita, kita akan berangapan bahwasanya menembus uang dan waktu ini hanya dapat dilakukan oleh manusia super dengan teknologi super cangih pula yang samapai saat ini belum diketemukan oleh umat manusia. Padahal sebenar-benarnya kita telah menjadi penembus ruang dan waktu. Bahkan dari orang awam yang tidak tahu apa-apa, hingga batupun juga telah menembus ruang dan waktu.
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Tentunya kita tidak menyadari fenomena bahwa sebenarnya kita telah menembus ruang dan waktu. Bukankah kita mengalami masa lampau, sekarang dan masa depan? Hal ini menjadi indicator bahwa kita telah menjelajahi waktu. Bahkan batu pun juga megalaminya. Bukti selanjutnya bukankah kita telah berada di berbagai jenis ruang yang berbeda? Mulai dari ruang yang terang, gelap, luas, sempit, panas, penuh dengan hujan dan sebagainya. Ini semua dapat menjadi sebuah bukti bahwasanya kita telah menembus ruang. Bahkan saat kita tertidur saja tanpa melalukan apapun kita telah menembus ruang dan waktu. Karna saat kita terbangun tentunya waktu akan berubah, dan ruangpun sebenarnya berubah meski tidak kita sadari.
Tentunya pemaparan tersebut bertolak belakang dengan pikiran atau konsep kita mengenai menembus ruang dan waktu. Namun bukankah setiap saat ruang dan waktu terus bergerak? Oleh karenanya paparan diatas menjadi dapat diapahami. Sebenarnya hal ini digunakan untuk menunjukkan bahwasanya menembus ruang dan waktu ini dapat menjadi sesuatu yang mudah dan dapat pula menjadi sesuatu yang sulit. Tinggal dari mana kita memandangnya.
Untuk menjadi penembus ruang dan waktu yang baik ada beberapa bekal yang hendaknya kita persiapkan. Bekal-bekal tersebut anatara lain pemahaman akan ruang dan waktu itu sendiri, pemahaman akan fenomenologi, dan pemahaman akan foundamentalism serta anti tesisnya yakni anti foundamentalism. Ketiga bekla ini perlu kita pahami dengan baik agar kita tidak salah dalam memandang bagaimana cara kita menembus ruang dan waktu.
Paham tentang ruang dan waktu sendiri diartikan sebagai pemahaman kita akan apa itu ruang, apa itu waktu. Seperti yang kita ketahui bahwasanya ruang memiliki dimensi. Secara umum dimensi ruang terdiri dari dimensi satu, dimensi nol, empat, dsb. Dimensi-dimensi tersebut dapat dijabarkan menjadi material, formal, spiritual dan sebagainya. Setiap hal di dunia ini mengandung banyak ruang sekaligus. Misalnya saja sholat, didalamnya terkandung dimensi spiritual, material serta normative. Di setiap ruang pun terdiri dari berbagai tingkatan yang menjadikan kegiatan ini menjadi lebih kompleks. Sedangkan untuk waktu sendiri terdiri dari waktu yang berurutan, berkelanjutan dan berkesatuan.
Bekal selanjutnya adalah paham adanya filsafat fenomenologi. Filsafat fenomenologi ini diungkapkan oleh Husser. Dalam pandangannya, Husser meniti beratkan pada adanya abstraksi dan idealism. Yakni bahwasanya segala sesuatu yang ada dan mungkin ada itu mengalami proses abstraksi dan idealisasi. Mengapa ia mengalami abstraksi? Karena kita hanya dapat melihat sebagian dari keseluruhan. Kita hanya melihat satu titik dari sekumpulan titik, beberapa titik dari bagian banyak titik. Dan dalam hal ini kita harus memilih mana yang akan kita lihat. Kita tidak dapat melakukan segala sesuatu secara bersamaa. Untuk berbicara saja misalnya, kita perlu berkata satu demi satu kata tidak secara bersamaan. Jika kita melakukannya secara bersamaan maka kata-kata yang keluar akan menjadi tidak jelas. Oleh karenanya dari apa yang kita abstraksikan kemudian ia kita idealisasi agar dapat kita terima secara lebih umum.
Perlu kita sadari pula kemampuan kita untuk berbicara ini tidak mampu untuk mengungkapkan semua yang kita pikirkan. Saat kita berbicara mengenai Korea kita akan lupa pada Inggris. Saat kita memikirkan tentang kuliah maka kita akan lupa tentang yang terjadi di jalan raya. Begitu seterusnya untuk setiap apa yang kita lakukan dan pikirkan maka aka nada hal yang kita lupakan atau tidak kita pikirkan saat itu. Menyadari akan hal ini maka Husser membangun sebuah rumah yang sangat besar untuk menampuang hal-hal yang tidak kita pikirkan. Rumah tersebut dikenal sebagai rumah epoche. Misalnya saja saat kita hendak berdoa. Idealnya kita memasukkan sebagala pikiraan yang tidak terkait dengan doa kedalam rumah epoche in agar kita benar-benar khusu’.
Bekal yang terakhir adalah paham adanya filsafat foundamentalisme dan anti tesisnya yakni anti foundamentalisme. Kedua paham ini berjalan beriringan dalam kehidupan kita, sehingga seringkali orang mengatakan bahwasanya hidup itu kontradiksi.
Foundamentalism secara umum dapat kita maknai sebagai sebuah paham dimana ia memerlukan sebuah definisi dari segala sesuatu, ia memiliki aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi agar ia dapat dikatakan benar. misalnya saja dalam matematika, kita berangkat dari definisi kemudian baru begerak ke hal yang lain seperti  aksioma, theorem, dsb. Dalam paham ini kita harus berani memutuskan kapan kita mulai.
Anti thesis dari paham ini adalah anti foundamentalisme atau juga dikenal sebagai intuisi. Intuisi ini tidak dapat diketahui secara pasti kapan ia mulai. Berbeda dengan foundamentalism yang jelas awal mulanya. Melalui intuisi ini ada banyak hal yang dapat kita jelaskan tanpa harus mengunakan definisi baku atupun aturan-aturan tertentu. Ia dapat kita pahami dengan sendirinya. Misalnya untuk membedakan dua benda yang lebih besar, maka tanpa melakukan pengukuran formal dengan pengaris kita dapat mengira-ira mana yang lebih besar. Dalam hal pendidikan intuisi ini penting untuk mengembangkan kemapuan siswa. Akan tetapi pembelajaran yang ada ataupun sistem kurikulum yang berlaku saat ini kurang memberikan ruang pada pengembangan intuisi siswa.

Pertanyaan :
1.      Bagaimana caranya kita mengembangkan intuisi siswa dalam pembelajaran sedangkan disisi lain kita dituntut untuk mengikuti kurikulum dan atauran pendidikan yang ada di Indonesia saat ini?

2 komentar:

  1. bahasane tingkat tinggi tenan.......... mumet sing moco chaooorrrr

    BalasHapus
  2. artikel yang bermanfaat,,terimakasih sudah share

    BalasHapus