Refleksi
4 Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika Prof. Marsigit
Oleh
: Rosalia Hera NS (09301244003)
Menjadi penjelajah ruang dan waktu mungkin adalah sesuatu yang awalnya
kita pikir hal yang mustahil. Cerita tentang penjelajahan ruang dan waktu ini
nampaknya hanya kita saksikan dalam dongeng saja. Ia menjadi sebuah cerita
fiktif dan menjadi angan-angan manusia saja. Ia menjadi sebuah potensi yang
mungkin ada dalm kehidupan kita. Dalam angan kita, kita akan berangapan
bahwasanya menembus uang dan waktu ini hanya dapat dilakukan oleh manusia super
dengan teknologi super cangih pula yang samapai saat ini belum diketemukan oleh
umat manusia. Padahal sebenar-benarnya kita telah menjadi penembus ruang dan waktu.
Bahkan dari orang awam yang tidak tahu apa-apa, hingga batupun juga telah
menembus ruang dan waktu.
Tentunya kita tidak menyadari fenomena bahwa sebenarnya kita telah
menembus ruang dan waktu. Bukankah kita mengalami masa lampau, sekarang dan
masa depan? Hal ini menjadi indicator bahwa kita telah menjelajahi waktu.
Bahkan batu pun juga megalaminya. Bukti selanjutnya bukankah kita telah berada
di berbagai jenis ruang yang berbeda? Mulai dari ruang yang terang, gelap, luas,
sempit, panas, penuh dengan hujan dan sebagainya. Ini semua dapat menjadi
sebuah bukti bahwasanya kita telah menembus ruang. Bahkan saat kita tertidur
saja tanpa melalukan apapun kita telah menembus ruang dan waktu. Karna saat
kita terbangun tentunya waktu akan berubah, dan ruangpun sebenarnya berubah
meski tidak kita sadari.
Tentunya pemaparan tersebut bertolak belakang dengan pikiran atau konsep
kita mengenai menembus ruang dan waktu. Namun bukankah setiap saat ruang dan
waktu terus bergerak? Oleh karenanya paparan diatas menjadi dapat diapahami.
Sebenarnya hal ini digunakan untuk menunjukkan bahwasanya menembus ruang dan
waktu ini dapat menjadi sesuatu yang mudah dan dapat pula menjadi sesuatu yang
sulit. Tinggal dari mana kita memandangnya.
Untuk menjadi penembus ruang dan waktu yang baik ada beberapa bekal yang
hendaknya kita persiapkan. Bekal-bekal tersebut anatara lain pemahaman akan
ruang dan waktu itu sendiri, pemahaman akan fenomenologi, dan pemahaman akan
foundamentalism serta anti tesisnya yakni anti foundamentalism. Ketiga bekla
ini perlu kita pahami dengan baik agar kita tidak salah dalam memandang
bagaimana cara kita menembus ruang dan waktu.
Paham tentang ruang dan waktu sendiri diartikan sebagai pemahaman kita
akan apa itu ruang, apa itu waktu. Seperti yang kita ketahui bahwasanya ruang
memiliki dimensi. Secara umum dimensi ruang terdiri dari dimensi satu, dimensi
nol, empat, dsb. Dimensi-dimensi tersebut dapat dijabarkan menjadi material,
formal, spiritual dan sebagainya. Setiap hal di dunia ini mengandung banyak
ruang sekaligus. Misalnya saja sholat, didalamnya terkandung dimensi spiritual,
material serta normative. Di setiap ruang pun terdiri dari berbagai tingkatan
yang menjadikan kegiatan ini menjadi lebih kompleks. Sedangkan untuk waktu sendiri
terdiri dari waktu yang berurutan, berkelanjutan dan berkesatuan.
Bekal selanjutnya adalah paham adanya filsafat fenomenologi. Filsafat
fenomenologi ini diungkapkan oleh Husser. Dalam pandangannya, Husser meniti
beratkan pada adanya abstraksi dan idealism. Yakni bahwasanya segala sesuatu
yang ada dan mungkin ada itu mengalami proses abstraksi dan idealisasi. Mengapa
ia mengalami abstraksi? Karena kita hanya dapat melihat sebagian dari
keseluruhan. Kita hanya melihat satu titik dari sekumpulan titik, beberapa
titik dari bagian banyak titik. Dan dalam hal ini kita harus memilih mana yang
akan kita lihat. Kita tidak dapat melakukan segala sesuatu secara bersamaa.
Untuk berbicara saja misalnya, kita perlu berkata satu demi satu kata tidak
secara bersamaan. Jika kita melakukannya secara bersamaan maka kata-kata yang
keluar akan menjadi tidak jelas. Oleh karenanya dari apa yang kita abstraksikan
kemudian ia kita idealisasi agar dapat kita terima secara lebih umum.
Perlu kita sadari pula kemampuan kita untuk berbicara ini tidak mampu
untuk mengungkapkan semua yang kita pikirkan. Saat kita berbicara mengenai
Korea kita akan lupa pada Inggris. Saat kita memikirkan tentang kuliah maka
kita akan lupa tentang yang terjadi di jalan raya. Begitu seterusnya untuk setiap
apa yang kita lakukan dan pikirkan maka aka nada hal yang kita lupakan atau
tidak kita pikirkan saat itu. Menyadari akan hal ini maka Husser membangun
sebuah rumah yang sangat besar untuk menampuang hal-hal yang tidak kita
pikirkan. Rumah tersebut dikenal sebagai rumah epoche. Misalnya saja saat kita
hendak berdoa. Idealnya kita memasukkan sebagala pikiraan yang tidak terkait
dengan doa kedalam rumah epoche in agar kita benar-benar khusu’.
Bekal yang terakhir adalah paham adanya filsafat foundamentalisme dan
anti tesisnya yakni anti foundamentalisme. Kedua paham ini berjalan beriringan
dalam kehidupan kita, sehingga seringkali orang mengatakan bahwasanya hidup itu
kontradiksi.
Foundamentalism secara umum dapat kita maknai sebagai sebuah paham dimana
ia memerlukan sebuah definisi dari segala sesuatu, ia memiliki aturan-aturan
tertentu yang harus dipenuhi agar ia dapat dikatakan benar. misalnya saja dalam
matematika, kita berangkat dari definisi kemudian baru begerak ke hal yang lain
seperti aksioma, theorem, dsb. Dalam
paham ini kita harus berani memutuskan kapan kita mulai.
Anti thesis dari paham ini adalah anti foundamentalisme atau juga dikenal
sebagai intuisi. Intuisi ini tidak dapat diketahui secara pasti kapan ia mulai.
Berbeda dengan foundamentalism yang jelas awal mulanya. Melalui intuisi ini ada
banyak hal yang dapat kita jelaskan tanpa harus mengunakan definisi baku atupun
aturan-aturan tertentu. Ia dapat kita pahami dengan sendirinya. Misalnya untuk
membedakan dua benda yang lebih besar, maka tanpa melakukan pengukuran formal
dengan pengaris kita dapat mengira-ira mana yang lebih besar. Dalam hal
pendidikan intuisi ini penting untuk mengembangkan kemapuan siswa. Akan tetapi
pembelajaran yang ada ataupun sistem kurikulum yang berlaku saat ini kurang
memberikan ruang pada pengembangan intuisi siswa.
Pertanyaan :
1.
Bagaimana caranya kita mengembangkan intuisi
siswa dalam pembelajaran sedangkan disisi lain kita dituntut untuk mengikuti
kurikulum dan atauran pendidikan yang ada di Indonesia saat ini?
bahasane tingkat tinggi tenan.......... mumet sing moco chaooorrrr
BalasHapusartikel yang bermanfaat,,terimakasih sudah share
BalasHapus