Selasa, 02 Oktober 2012

Mengali Dalam Tanda Tanya (Sebuah Pengantar)


Refleksi 1 Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika
Oleh : Rosalia Hera NS
NIM. 09301244003
P.Matematika Bilingual 2009

Ketika kita mendengar kata filsafat pastinya semua orang memiliki pengertian yang berbeda-beda. Banyak orang yang berfikir bahwa ia tau apa itu filsafat namun sulit untuk mengungkapkannya kedalam kalimat-kalimat yang sistematis. Banyak pula yang memiliki asumsi yang salah mengenai hal ini. Secara umum banyak orang yang berangapan filsafat merupakan hal yang rumit dan cukup membuat kita ‘kebingungan’. Selain itu, banyak yang berangapan bahwa filsafat merupakan makanan bagi orang tua. Hal itu bukanlah asumsi yang salah namun kurang tepat karena filsafat juga dapat dilakukan oleh semua orang akan tetapi levelnya berbeda.
Berbicara mengenai filsafat, berbicara mengenai pola pikir. Pola pikir yang membuat kita berfikir ulang, mengali kembali hakekat dari kehidupan. Membuat otak kita terus menerus bekerja mengolah pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang kita buat sendiri tersebut kemudian kita renungkan jawabannya dan kemudian kita gunakan untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lain. Pertanyaan-pertanyaan ini diawali dari pertanyaan-pertanyaan yang sepele. Dari pola pikir inilah kita mencoba menemukan jawaban atas hakekat dari kehidupan. Proses berfikir ini merupakan proses belajar atau mengenali filsafat sekaligus merupakan filsafat itu sendiri.
Seperti halnya dengan hal-hal lain dalam hidup ini, tentunya dalam mempelajari filsafat terdapat adap-adap tertentu yang hendaknya kita pahami terlebih dahulu. Adab yang pertama, seperti yang telah dijelaskan filsafat merupakan pola pikir. Proses dimana diri kira berusaha menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang kita buat. Proses berfikir ini juga dipengaruhi oleh pengalaman hidup serta lingkungan. Kedua hal ini cukup mempengaruhi karena cara berfikir, pandangan kita terhadap sesuatu tentunya sedikit banyak dipengaruhi oleh unsure subjectivitas kita.
Selain merupakan sebuah pola pikir, filsafat juga dapat dibangun sendiri oleh seseorang. Maksud dari dapat dibangun sendiri disini adalah berfilsafat dapat dilakukan oleh seseorang tanpa memerlukan orang lain. Dalam hal ini dapat pula dikatakan merupakan kegiatan individu. Mengapa? Karena filsafat ini merupakan proses berfikir dimana berfikir itu merupakan kegiatan sehari-hari seseorang. Setiap orang dapat berfikir meskipun dengan kadar atau tingkatan yang berbeda-beda dalam menilai sesuatu.
Karena filsafat adalah pola pikir, maka ia juga merefleksikan pengalaman hidup yang kita alami. Pengalaman hidup yang kita alami akan membentuk pola berfikir kita dan mempengaruhi sudut pandang kita seperti yang telah diungkapakan sebelumnya. Hal ini berpengaruh karena pengalaman-pengalaman hidup yang kita alami merupakan fakta-fakta bagi kita. Sebelum kita mengalami sendiri atau benar-benar meraih apa yang akan kita ungkapkan maka itu belumlah berupa fakta, namun berupa pengharapan atau potensi.
Selain yang telah disebutkan diatas yang perlu dipahami lagi mengenai filsafat adalah metode dari filsafat itu sendiri. Dalam hal tertentu metode filsafat sama dengan metode spiritual. Namun dalam hal lain dapat pula menyerupai metode keilmuan ataupun keseluruhan hidup. Oleh karenanya metode filsafat dapat disama-artikan dengan metode hidup dan filsafat itu hidup. Hidup disini berarti terus berkembang, seiring dengan bertambahnya usia seseorang yang berfilsafat. Selain itu, hidup disini berarti setiap orang dapat berpendapat sendiri mengenai hal tertentu dalam berfilsafat.
Hal lain yang tidak kalah penting untuk dipahami adalah pentingnya keteguhan spiritual. Keteguhan spiritual ini hendaknya dijadikan pegangan yang kuat agar kita tidak tersesat karena berfilsafat. Jika tidak, maka pola pikir kita dapat terbolak-balik dan mengusik ranah spiritual kita. Menjadikan kita sosok yang kehilangan arah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar