Refleksi
1 Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika
Oleh
: Rosalia Hera NS
NIM.
09301244003
P.Matematika
Bilingual 2009
Ketika kita mendengar kata filsafat pastinya semua
orang memiliki pengertian yang berbeda-beda. Banyak orang yang berfikir bahwa
ia tau apa itu filsafat namun sulit untuk mengungkapkannya kedalam
kalimat-kalimat yang sistematis. Banyak pula yang memiliki asumsi yang salah
mengenai hal ini. Secara umum banyak orang yang berangapan filsafat merupakan
hal yang rumit dan cukup membuat kita ‘kebingungan’. Selain itu, banyak yang
berangapan bahwa filsafat merupakan makanan bagi orang tua. Hal itu bukanlah
asumsi yang salah namun kurang tepat karena filsafat juga dapat dilakukan oleh
semua orang akan tetapi levelnya berbeda.
Berbicara mengenai filsafat, berbicara mengenai pola
pikir. Pola pikir yang membuat kita berfikir ulang, mengali kembali hakekat
dari kehidupan. Membuat otak kita terus menerus bekerja mengolah
pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang kita buat sendiri tersebut
kemudian kita renungkan jawabannya dan kemudian kita gunakan untuk
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lain. Pertanyaan-pertanyaan ini diawali
dari pertanyaan-pertanyaan yang sepele. Dari pola pikir inilah kita mencoba
menemukan jawaban atas hakekat dari kehidupan. Proses berfikir ini merupakan
proses belajar atau mengenali filsafat sekaligus merupakan filsafat itu
sendiri.
Seperti halnya dengan hal-hal lain dalam hidup ini,
tentunya dalam mempelajari filsafat terdapat adap-adap tertentu yang hendaknya
kita pahami terlebih dahulu. Adab yang pertama, seperti yang telah dijelaskan
filsafat merupakan pola pikir. Proses dimana diri kira berusaha menemukan
jawaban-jawaban atas pertanyaan yang kita buat. Proses berfikir ini juga
dipengaruhi oleh pengalaman hidup serta lingkungan. Kedua hal ini cukup
mempengaruhi karena cara berfikir, pandangan kita terhadap sesuatu tentunya
sedikit banyak dipengaruhi oleh unsure subjectivitas kita.
Selain merupakan sebuah pola pikir, filsafat juga
dapat dibangun sendiri oleh seseorang. Maksud dari dapat dibangun sendiri
disini adalah berfilsafat dapat dilakukan oleh seseorang tanpa memerlukan orang
lain. Dalam hal ini dapat pula dikatakan merupakan kegiatan individu. Mengapa?
Karena filsafat ini merupakan proses berfikir dimana berfikir itu merupakan
kegiatan sehari-hari seseorang. Setiap orang dapat berfikir meskipun dengan
kadar atau tingkatan yang berbeda-beda dalam menilai sesuatu.
Karena filsafat adalah pola pikir, maka ia juga merefleksikan
pengalaman hidup yang kita alami. Pengalaman hidup yang kita alami akan
membentuk pola berfikir kita dan mempengaruhi sudut pandang kita seperti yang
telah diungkapakan sebelumnya. Hal ini berpengaruh karena pengalaman-pengalaman
hidup yang kita alami merupakan fakta-fakta bagi kita. Sebelum kita mengalami
sendiri atau benar-benar meraih apa yang akan kita ungkapkan maka itu belumlah
berupa fakta, namun berupa pengharapan atau potensi.
Selain yang telah disebutkan diatas yang perlu
dipahami lagi mengenai filsafat adalah metode dari filsafat itu sendiri. Dalam
hal tertentu metode filsafat sama dengan metode spiritual. Namun dalam hal lain
dapat pula menyerupai metode keilmuan ataupun keseluruhan hidup. Oleh karenanya
metode filsafat dapat disama-artikan dengan metode hidup dan filsafat itu
hidup. Hidup disini berarti terus berkembang, seiring dengan bertambahnya usia
seseorang yang berfilsafat. Selain itu, hidup disini berarti setiap orang dapat
berpendapat sendiri mengenai hal tertentu dalam berfilsafat.
Hal lain yang tidak kalah penting untuk dipahami
adalah pentingnya keteguhan spiritual. Keteguhan spiritual ini hendaknya
dijadikan pegangan yang kuat agar kita tidak tersesat karena berfilsafat. Jika
tidak, maka pola pikir kita dapat terbolak-balik dan mengusik ranah spiritual
kita. Menjadikan kita sosok yang kehilangan arah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar